A.
Pendahuluan
Fasciola
hepatica merupakan trematoda hati yang sering menginfeksi
domba, karena itu cacing ini disebut sebagai sheep liver fluke. Cacing dewasa hidup didalam saluran empedu
bagian proksimal dan didalam kantung empedu hospes definitif yaitu manusia dan
herbivora.
Infeksi dengan Fasciola hepatica disebut fasciliasis yang tersebar luas di
berbagai daerah diseluruh dunia.
B.
Anatomi
dan Morfologi
Fasciola
hepatica mempunyai ukuran panjang tubuh antara 20 dan 30 mm. Bentuk cacing
dewasa pipih seperti daun yang mempunyai tonjolan khas didaerah anterior
(chepalic alae), sehingga memberi gambaran seperti bahu.
Sucker,
terdapat dua jenis alat isap, yaitu oral
sucker dan ventral sucker yang
sama ukuran besarnya.
Usus,
Fasciola hepatica mempunyai usus yang
mempunyai cabang – cabang lateral yang mencapai ujung distal dari sekum.
Alat
reproduksi, ovarium dan testis cacing ini bercabang,
sedangkan uterusnya melingkar.
Vitellaria,
mempunyai percabangan yang intensif dan tersebar luas ke seluruh jaringan
parenkim cacing.
Telur,
bentuk telur cacing lonjong, mempunyai operkulum. Ukuran panjang telur antara
130 – 150 mikron dan lebar 63 – 90 mikron. Waktu telur keluar dari tubuh hospes
definitif, telur belum berembrio dan tidak infektif.
Anatomi Dan Morfologi
|
Keterangan
|
1.
Telur
|
a.
Telur berukuran ± 140 x 80
mikron.
b.
Operkulum kecil, berisi morula
|
2.
Cacing
dewasa
|
a.
Cacing dewasa berukuran panjang ±
2,5 cm.
b. Batil isap kepala dan batil isap
perut berdekatan, bagian kepala seperti kerucut, dua sekum bercabang-cabang,
ovarium bercabang-cabang dan dua testis juga bercabang, kelenjar vitelaria
hampir mengisi seluruh bagian tubuhnya.
|
C.
Daur
Hidup
Hospes definitif
cacing ini adalah manusia dan herbivora, sedangkan siput air tawar Lymnea bertindak sebagai hospes
perantara utama. Hospes perantara yang kedua adalah tanaman air atau rumput,
yang menjadi tempat berkembangnya kista
metaserkaria yang merupakan stadium infektif cacing ini.
Jika telur
cacing yang keluar bersama tinja masuk ke dalam air, dalam waktu 9 – 15 hari di
dalam telur akan terjadi pertumbuhan mirasidium.
Setelah menetas mirasidium akan
berenang mencari siput yang menjadi hospes perantara pertama. Di alam tubuh
siput mirasidium tumbuh menjadi sporokista, redia, dan selanjutnya
berkembang menjadi serkaria (cercaria).
Serkaria akan keluar dari tubuh siput dan berenang untuk mencari tumbuhan air
atau rumput dan berubah menjadi kista metaserkaria yang infektif.
(siklus
hidup Fasciola hepatica)
Jika manusia
termakan stadium infektif (kista metaserkaria) yang terdapat pada tumbuhan air,
di dalam duodenum metaserkaria akan lepas dari jaringan tanaman air, melakukan
migrasi melalui dinding usus dan mencapai hati melalui aliran darah. Sebagian
besar metaserkaria akan mencapai saluran empedu, kemudian akan berkembang
menjadi cacing dewasa.
D.
Gejala
klinis
Fasciola
hepatica dewasa dapat menyebabkan keradangan pada saluran
empedu, menimbulkan atrofi pada parenkim hati dan kemudian dapat terjadi
sirosis periportal. Dari usus cacing mengadakan migrasi ke hati yang dapat
menimbulkan lesi ektropik di dinding usus, jantung, bola mata, paru, dan
jaringan di bawah kulit. Terjadinya penyakit halzoun (laringofaringitis) pada penduduk Afrika Utara dan Timur
Tengah disebabkan adanya kebiasaan penduduk daerah tersebut makan organ hati
dalam keadaan mentah yang mengandung cacing Fasciola
hepatica muda yang kemudian melekat di mukosa faring.
E.
Diagnosis
Pada penderita
fasciolasis terjadi hepatomegali disertai sindrom demam eosinofilik. Untuk
menegakkan diagnosis pasti terjadinya infeksi dengan Fasciola hepatica harus dilakukan pemeriksaan tinja dan empedu
penderita untuk menemukan telur cacing yang khas bentuknya.
Pemeriksaan
serologi misalnya uji fiksasi komplemen atau tes intradermal dapat dilakukan
untuk membantu menegakkan diagnosis fasciolasis hepatica.
F.
Pengobatan
Sebagai obat
pilihan terhadap fasciolasis hepatica adalah Prazikuantel yang diberikan dengan dosis 25 mg/kg berat badab 3x
sehari atau diberikan sebagai dosis tunggal sebesar 40 g/kg berat badan selama
satu atau dua hari.
Selain itu dapat
diberikan Emetinhidroklorida sebanyak
30 mg/ setiap hari selama 18 hari melalui suntikan intramuskuler. Diklorofenol atau bitinol juga dapat
digunakan untuk mengobati infiksi Fasciola
hepatica.
G.
Pencegahan
Penyebaran
fasciolasis dapat dicegah dengan mengobati setiap penderita dengan baik. Daur
hidup parasit dapat diputuskan dengan memberantas siput yang menjadi hospes
perantara pertama. Larva infektif yaitu metaserkaria dapat dibasmi dengan
memasak dengan baik sayuran yang akan dimakan.
Penyakit halzoun
dapat dicegah dengan tidak makan organ hati dalam keadaan mentah, tetapi harus
dimasak lebih dahulu.
H.
Daftar
Pustaka
Soedarto.2011. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Surabaya
: Sagung seto
Subiyono,
dkk.2012. Diktat Petunjuk dan Laporan Praktikum
Parasitologi. Yogyakarta : Poltekkes Kemenkes Yogyakarta Jurusan Analis
Kesehatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar