neverland blog

Selasa, 25 November 2014

MAKALAH DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)



BAB I
                                                            PENDAHULUAN                


   A.   Latar Belakang
DHF (Dengue Haemorraghic Fever) pada masyarakat awam sering disebut sebagai demam berdarah.Menurut para ahli, demam berdarah dengue disebut sebagai penyakit (terutama sering dijumpai .) yang disebabkan oleh virus Dengue dengan gejala utama demam, nyeri otot, dan sendi diikuti dengan gejala pendarahan spontan seperti; bintik merah pada kulit,mimisan, bahkan pada keadaan yang parah disertai muntah atau BAB berdarah.
Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue Famili Flaviviridae,   dengan genusnya adalah flavivirus. Virus ini mempunyai empat serotipe yang dikenal dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda, tergantung dari serotipe virus Dengue. Morbiditas penyakit DBD menyebar di negara-negara Tropis dan Subtropis.
Disetiap negara penyakit DBD mempunyai manifestasi klinik yang berbeda. Di Indonesia Penyakit DBD pertama kali ditemukan pada tahun 1968 di Surabaya dan sekarang menyebar keseluruh propinsi di Indonesia. Timbulnya penyakit DBD ditenggarai adanya korelasi antara strain dan genetik, tetapi akhir-akhir ini ada tendensi agen penyebab DBD disetiap daerah berbeda. Hal ini kemungkinan adanya faktor geografik, selain faktor genetik dari hospesnya. Selain itu berdasarkan macam manifestasi klinik yang timbul dan tatalaksana DBD secara konvensional sudah berubah. Infeksi virus Dengue telah menjadi masalah kesehatan yang serius pada banyak negara tropis dan sub tropis.

   B.   Tujuan
1.   Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memahami tentang  penyakit DHF (Dengue Haemorraghic Fever).
2.   Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
a.      Definisi penyakit DHF.
b.      Etiologi penyakit DHF.
c.      Manifestasi klinik penyakit DHF.
d.      Patofisiologi penyakit DHF.
e.      Komplikasi penyakit DHF.
f.       Klasifikasi penyakit DHF.
g.      Pemeriksaan Penunjang DHF.
h.      Penatalaksanaan penyakit DHF.

  C.   Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada penulis khususnya, maupun para pembaca. Manfaat tersebut baik dari segi pengetahuan dan pemahaman mendalam mengenai penyakit Dengue Hemoragic Fever (DHF).





BAB II
TINJAUAN PUASTAKA

   A.   Pengertian
Dengue haemoragic fever adalah penyakit demam akut yang disertai dengan adanya manifestasi perdarahan, yang bertendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 419).
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, dan biasanya memburuk pada dua hari pertama (Soeparman, 1987;16).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.

   B.   Etiologi
1.   Virus dengue
Virus dengue yang menjadi penyebab penyakit ini termasuk ke dalam Arbovirus (Arthropodborn virus) group B, tetapi dari empat tipe yaitu virus dengue tipe 1,2,3 dan 4 keempat tipe virus dengue tersebut terdapat di Indonesia dan dapat dibedakan satu dari yang lainnya secara serologis virus dengue yang termasuk dalam genus flavivirus ini berdiameter 40 nonometer dapat berkembang biak dengan baik pada berbagai macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia misalnya sel BHK (Babby Homster Kidney) maupun sel – sel Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36).
2.   Vektor
Virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vektor yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang lainnya (Arief Mansjoer &Suprohaita; 2000; 420).
Nyamuk Aedes Aegypti maupun Aedes Albopictus merupakan vektor penularan virus dengue dari penderita kepada orang lainnya melalui gigitannya nyamuk Aedes Aegyeti merupakan vektor penting di daerah perkotaan (Viban) sedangkan di daerah pedesaan (rural) kedua nyamuk tersebut berperan dalam penularan. Nyamuk Aedes berkembang biak pada genangan Air bersih yang terdapat bejana – bejana yang terdapat di dalam rumah (Aedes Aegypti) maupun yang terdapat di luar rumah di lubang – lubang pohon di dalam potongan bambu, dilipatan daun dan genangan air bersih alami lainnya ( Aedes Albopictus). Nyamuk betina lebih menyukai menghisap darah korbannya pada siang hari terutama pada waktu pagi hari dan senja hari. (Soedarto, 1990 ; 37).
3.   Host
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan mendapatkan imunisasi yang spesifik tetapi tidak sempurna, sehingga ia masih mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe lainnya. Dengue Haemoragic Fever (DHF) akan terjadi jika seseorang yang pernah mendapatkan infeksi virus dengue tipe tertentu mendapatkan infeksi ulangan untuk kedua kalinya atau lebih dengan pula terjadi pada bayi yang mendapat infeksi virus dengue untuk pertama kalinya jika ia telah mendapat imunitas terhadap dengue dari ibunya melalui plasenta. (Soedarto, 1990 ; 38).

   C.   Manisfestasi Klinik Virus Dengue
1.   Demam
Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 – 7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala – gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya. (Soedarto, 1990 ; 39).
2.   Perdarahan
Perdaran biasanya terjadi pada hari ke 2 dan 3 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. ( Soedarto, 1990 ; 39). Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis. (Nelson, 1993 ; 296). Perdarahan gastrointestinat biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat. (Ngastiyah, 1995 ; 349).


3.   Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita . (Soederita, 1995 ; 39).
4.   Renjatan (Syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk. (soedarto ; 39).

   D.   Klasifikasi DHF
            Menurut derajat ringannya penyakit, Dengue Haemoragic Fever (DHF) dibagi menjadi 4 tingkat (UPF IKA, 1994 ; 201) yaitu :
1.    Derajat I
Panas 2 – 7 hari , gejala umum tidak khas, uji taniquet hasilnya positif
2.    Derajat II
Sama dengan derajat I di tambah dengan gejala – gejala pendarahan spontan seperti petekia, ekimosa, epimosa, epistaksis, haematemesis, melena, perdarahan gusi telinga dan sebagainya.
3.    Derajat III
Penderita syok ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (> 120 / menit) tekanan nadi sempit (< 20 mmHg) tekanan darah menurun (120 / 80 mmHg) sampai tekanan sistolik dibawah 80 mmHg.
4.    Derajat IV
Nadi tidak teraba,tekanan darah tidak terukur (denyut jantung > - 140 mmHg) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

 
   E.    Gejala
1.   Demam tinggi dan mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari.
Manifestasi perdarahan : uji rumpeleede positif, ptekiae, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena
2.   Keluhan pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, nyeri ulu hati
3.   Nyeri sendi , nyeri kepala, nyeri otot, rasa sakit di daerah belakang bola mata (retro orbita), hepatomegali, splenomegali.
4.   Kadang ditemui keluhan batuk pilek dan sakit menelan.
Gejala klinik lain yaitu nyeri epigasstrium, muntah – muntah, diare maupun obstipasi dan kejang – kejang. (Soedarto, 1995 ; 39).


BAB III
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN PENCEGAHAN
DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)

   A.   Diagnosis Penunjang
1.   Rumple Leed
2.   Pemeriksaan Darah
3.   Hitung Trombosit
4.   Hitung Leukosit
5.   Hitung Hematokrit
6.   Imunoserologi IgM dan IgG

   B.   Cara Pemeriksaan
1.   Rumple Leed
a.   Pasang manset pada lengan atas
b.   Tentukan sistol dan diastol
c.   Tahan tekanan antara sistol dan diastol selama 5 menit
d.   Hasil dinyatakan (+) bila terdapat 10 atau lebih petachie di bagian volar lengan dengan luas 2,5 cm x 2,5cm.

2.   Hitung Trombosit
Cara Hitung trombosit dengan Larutan Rees Ecker :
a.   Hisap darah EDTA dengan pipet eritrosit → sampai tanda 0,5
b.   Hapus kelebihan darah dengan kertas tissue
c.   Hisap larutan Rees Echer sampai tanda 101
d.   Kocok darah dan larutan 3 menit
e.   Buang larutan 3 – 4 tetes → masukan kedalam kamar hitung
f.    Hitung trombosit dalam seluruh bidang besar ditengah – tengah dengan mikroskop, kalikan 2000.

3.   Hitung Leukosit
Cara Hitung trombosit dengan Larutan Turk :
a.   Hisap darah EDTA dng pipet Leukosit → sampai tanda 0,5.
b.   Hapus kelebihan darah dengan kertas tissue.
c.   Hisap larutan Turk sampai tanda 11.
d.   Kocok darah dan larutan ± 2 – 3 menit.
e.   Buang larutan 3 – 4 tetes → masukan kedalam kamar hitung.
f.    Hitung leukosit yang terdapat dalam keempat bidang besar di sudut dengan mikroskop, kalikan 50.

4.   Hitung Hematokrit
Cara Hitung Hematokrit dengan Mikrometode:
a.   Sampel darah dimasukkan ke dalam tabung kapiler sampai 2/3 volume tabung.
b.   Salah satu ujung tabung ditutup dengan dempul (clay)
c.   Sentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 16.000 rpm.
d.   Tinggi kolom eritrosit diukur dengan alat pembaca hematokrit.
e.   Nilainya dinyatakan dalam %.

5.   Imunoserologi IgM dan IgG
        Pemeriksaan antibodi IgG dan IgM yang spesifik berguna dalam diagnosis infeksi virus dengue. IgM terdeteksi mulai hari ke 3 – 5, meningkat sampai minggu ke 3, menghilang setelah 60 – 90 hari. IgG pada Infeksi primer terdeteksi mulai hari ke 14, pada infeksi sekunder terdeteksi mulai hari ke 2.
     Prinsip Kerja :
            Dengue Dx IgG/IgM Rapid Tes dirancang untuk secara simultan mendeteksi
sekaligus membedakan antibodi IgG dan IgM terhadap virus dengue. Tes ini juga  dapat mendeteksi ke empat  serotype virus dengue karena menggunakan suatu  paduan antigen recombinant dengue envelope proteins
        Sampel yang digunakan pada pemeriksaan ini adalah Serum. Berikut tata cara pengambilan sample :
a.   Kumpulkan darah vena kedalam tabung reaksi (TIDAK mengandung antikoagulan seperti heparin, EDTA dan  sodium citrate).
b.   Diamkan selama 30 menit hingga darah membeku dan kemudian lakukan  sentrifuge  dengan kecepatan 1500-2000 rpm selama 15-20 menit hingga didapatkan sampel serum.
Gambar : Prosedur pengujian IgM dan IgG metode Rapid test.

  C.   Analisis Hasil Pemeriksaan Laboratorium
1.   Rumple Leed
70,2 % kasus DBD mempunyai hasil uji Rumple Leed (+).  Hasil (+) menandai Fragilitas Kapiler darah meningkat.

2.   Hitung Trombosit
Pada DBD umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3 – 8 ( < 100.000 / µL).
Nilai Normal: 150.000 – 400.000 / µL.

3.   Hitung Leukosit
Pada DBD kadar leukosit bisa normal dan bisa juga menurun. Nilai normalnya ialah ( 5000-10000 / µL).

4.   Hitung Hematokrit
Pada DBD terjadi peningkatan Hematokrit ≥ 20 % nilai awal, yang umumnya dimulai pada hari ke – 3 Demam. Hal ini diakibatkan oleh kebocoran Plasma.
Normalnya :
        Pria                  40 – 48%
        Wanita             37 - 43 %
        Anak anak       33 - 38 %
5.   Imunoserologi IgM dan IgG



  
  D.   Pencegahan penyakit DHF
1.   Pencegahan secara mekanik
Gerakan 3 M
a.   Menguras tempat – tempat penampungan air secara teratur sekurang - kurangnya sekali seminggu atau penaburan bubuk abate ke dalamnya.
b.   Menutup rapat tempat penampungan air.
c.   Mengubur atau menyingkirkan barang – barang bekas yang dapat menampung air.
2.   Pencegahan secara kima
Pemberantasan vector       :
a.   Fogging ( penyemprotan ), kegiatan ini dilakukan bila hasil penyelidikan epidemiologis memenuhi kriteria.
b.   Abatisasi
Semua tempat penampungan air di rumah dan bangunan yang ditemukan jentik Aedes aegypti ditaburi bubuk abate dengan dosis 1 sendok makan peres (10 gram) abate untuk 100 liter air.

3.   Pencegahan secara biologi
        Pencegahan DBD secara biologis juga cukup efektif, yaitu dengan menggunakan ikan pemakan jentik dan bakteri. Masukan beberapa ikan kecil kedalam bak mandi atau kolam, maka vektor nyamuk pembawa virus dengue otomatis dapat dikendalikan, sebab ikan akan memakan jentik – jentik nyamuk.








 DAFTAR PUSTAKA

Dogi Girsang. 2014. https://www.academia.edu/4201416/Pemeriksaan_Penunjang_ Demam _Berdarah. Duindul tanggal 25 Oktober 2014
Keperawatan Profesional Islami. 2013. http://keperawatanprofesionalislami.blogspot.com / 2 013/03/ makalah-dhf.html.  diunduh tanggal  24 Oktober 2014.