neverland blog

Selasa, 28 Januari 2014

leukemia dan nefritis



KANKER DARAH (LEUKEMIA)

              I.          Pengertian Leukemia
Leukemia (kanker darah) adalah jenis penyakit kanker yang menyerang sel-sel darah putih yang diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow). Sumsum tulang atau bone marrow ini dalam tubuh manusia memproduksi tiga type sel darah diantaranya sel darah putih (berfungsi sebagai daya tahan tubuh melawan infeksi), sel darah merah (berfungsi membawa oxygen kedalam tubuh) dan platelet (bagian kecil sel darah yang membantu proses pembekuan darah). Leukemia umumnya muncul pada diri seseorang sejak dimasa kecilnya, Sumsum tulang tanpa diketahui dengan jelas penyebabnya telah memproduksi sel darah putih yang berkembang tidak normal atau abnormal. Normalnya, sel darah putih me-reproduksi ulang bila tubuh memerlukannya atau ada tempat bagi sel darah itu sendiri. Tubuh manusia akan memberikan tanda/signal secara teratur kapankah sel darah diharapkan be-reproduksi kembali. Pada kasus Leukemia(kanker darah), sel darah putih tidak merespon kepada tanda/signal yang diberikan. Akhirnya produksi yang berlebihan tidak terkontrol (abnormal) akan keluar dari sumsum tulang dan dapat ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi. Jumlah sel darah putih yang abnormal ini bila berlebihan dapat mengganggu fungsi normal sel lainnya.
Secara sederhana leukemia dapat diklasifikasikan berdasarkan maturasi sel dan tipe sel asal yaitu :
A.  Leukemia Akut
Leukemia akut adalah keganasan primer sumsum tulang yang berakibat terdesaknya komponen darah normal oleh komponen darah abnormal (blastosit) yang disertai dengan penyebaran ke organ-organ lain. Leukemia akut memiliki perjalanan klinis yang cepat, tanpa pengobatan penderita akan meninggal rata-rata dalam 4-6 bulan.
1.      Leukemia Limfositik Akut (LLA)
LLA merupakan jenis leukemia dengan karakteristik adanya proliferasi dan akumulasi sel-sel patologis dari sistem limfopoetik yang mengakibatkan organomegali (pembesaran alat-alat dalam) dan kegagalan organ.
Gambar 2.8. Leukemia Limfositik Akut
2.      Leukemia Mielositik Akut (LMA)
LMA merupakan leukemia yang mengenai sel stem hematopoetik yang akan berdiferensiasi ke semua sel mieloid. LMA merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi.
Gambar 2.9. Leukemia Mielositik Akut

B.  Leukemia Kronik
Leukemia kronik merupakan suatu penyakit yang ditandai proliferasi neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena keganasan hematologi.
1.    Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
LLK adalah suatu keganasan klonal limfosit B (jarang pada limfosit T). Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan, dengan akumulasi progresif yang berjalan lambat dari limfosit kecil yang berumur panjang.(gambar 2.8. a dan b. hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa perbesaran 1000x).
LLK cenderung dikenal sebagai kelainan ringan yang menyerang individu yang berusia 50 sampai 70 tahun dengan perbandingan 2:1 untuk laki-laki.
Gambar 2.10. Leukemia Limfositik Kronik

2.    Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik (LGK/LMK)
LGK/LMK adalah gangguan mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi berlebihan sel mieloid (seri granulosit) yang relatif matang.34 LGK/LMK mencakup 20% leukemia dan paling sering dijumpai pada orang dewasa usia pertengahan (40-50 tahun). Abnormalitas genetik yang dinamakan kromosom philadelphia ditemukan pada 90-95% penderita LGK/LMK.(gambar 2.8. hapusan sumsum tulang dengan pewarnaan giemsa a. perbesaran 200x, b. perbesaran 1000x).
Gambar 2.11. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik

           II.          Gejala  dan Tanda – Tanda leukemia
Gejala Leukemia yang ditimbulkan umumnya berbeda diantara penderita, namun demikian secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:
A.      Anemia.
 Penderita akan menampakkan cepat lelah, pucat dan bernafas cepat (sel darah merah dibawah normal menyebabkan oxygen dalam tubuh kurang, akibatnya penderita bernafas cepat sebagai kompensasi pemenuhan kekurangan oxygen dalam tubuh).

B.       Perdarahan.
        Ketika Platelet (sel pembeku darah) tidak terproduksi dengan wajar karena didominasi oleh sel darah putih, maka penderita akan
mengalami perdarahan dijaringan kulit (banyaknya jentik merah lebar/kecil dijaringan kulit).
C.      Terserang Infeksi.
 Sel darah putih berperan sebagai pelindung daya tahan tubuh, terutama melawan penyakit infeksi. Pada Penderita Leukemia, sel darah putih yang diterbentuk adalah tidak normal (abnormal) sehingga tidak berfungsi semestinya. Akibatnya tubuh si penderita rentan terkena infeksi virus/bakteri, bahkan dengan sendirinya akan menampakkan keluhan adanya demam, keluar cairan putih dari hidung (meler) dan batuk.
D.      Nyeri Tulang dan Persendian.
Hal ini disebabkan sebagai akibat dari sumsum tulang (bone marrow) mendesak padat oleh sel darah putih.
E.       Nyeri Perut.
Nyeri perut juga merupakan salah satu indikasi gejala leukemia,
dimana sel leukemia dapat terkumpul pada organ ginjal, hati dan empedu yang menyebabkan pembesaran pada organ-organ tubuh ini dan timbulah nyeri. Nyeri perut ini dapat berdampak hilangnya nafsu makan penderita leukemia.
F.       Pembengkakan Kelenjar Lympa.
Penderita kemungkinan besar mengalami pembengkakan pada kelenjar lympa, baik itu yang dibawah lengan, leher, dada dan lainnya. Kelenjar lympa bertugas menyaring darah, sel leukemia dapat terkumpul disini dan menyebabkan pembengkakan.
G.      Kesulitan Bernafas (Dyspnea)
Penderita mungkin menampakkan gejala kesulitan bernafas dan nyeri dada, apabila terjadi hal ini maka harus segera mendapatkan pertolongan medis.

        III.          Penyebab leukemia
A.      Faktor Keturunan
Leukemia dapat disebabkan oleh faktor keturunan. Orang tua yang sakit leukemia bisa menurun pada anaknya.  

B.       Radiasi
Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa munculnya leukemia bisa jadi disebabkan juga oleh pengobatan yang menggunakan radiasi atau kemoterapi yang digunakan untuk membunuh kanker lain yang sebelumnya diderita. Namun tanpa disadari justru hal itu menimbulkan leukemia.
Radiasi merupakan salah satu faktor yang juga banyak dituding sebagai penyebab leukemia. Tudingan ini beralasan karena sejumlah fakta mendukung hal ini. Para pegawai yang bekerja di lingkungan penuh radiasi kerap terserang leukemia.
C.      Virus
Virus seperti HTLV-1, retrovirus, virus leukemia felin juga dapat menyebabkan leukemia. Faktor penyebab leukemia karena virus pada umumnya menyerang orang dewasa.

        IV.          Pemeriksaan Leukemia
A.      Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik untuk jenis LLA yaitu ditemukan splenomegali (86%), hepatomegali, limfadenopati, nyeri tekan tulang dada, ekimosis, dan perdarahan retina. Pada penderita LMA ditemukan hipertrofi gusi yang mudah berdarah. Pada penderita leukemia jenis LLK ditemukan hepatosplenomegali dan limfadenopati. Anemia, gejala-gejala hipermetabolisme (penurunan berat badan, berkeringat) menunjukkan penyakitnya sudah berlanjut. Pada LGK/LMK hampir selalu ditemukan splenomegali, yaitu pada 90% kasus.
B.       Pemeriksaan darah tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan kadang-kadang leukopenia (25%). Pada penderita LMA ditemukan penurunan eritrosit dan trombosit.31 Pada penderita LLK ditemukan limfositosis lebih dari 50.000/mm3,48 sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm3.
C.      Pemeriksaan sumsum tulang
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang.20 Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti. Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit B.47 Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular dengan peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah granulosit lebih dari 30.000/mm3.
D.      Biopsi
Biopsi adalah satu-satunya cara pasti untuk mengetahui apakah sel-sel leukemia ada dalam sumsum tulang Anda. Hal ini memerlukan anestesi lokal untuk membantu mengurangi rasa sakit. Dokter akan mengambil beberapa sumsum tulang dari tulang pinggul atau tulang besar lainnya.

           V.          Tahap Pemeriksaan Menggunakan Teknik Biopsi
Biopsi sumsum tulang dapat dilakukan di kantor dokter atau di rumah sakit. Persetujuan tertulis untuk prosedur ini biasanya diperlukan. Pasien diminta untuk berbaring di nya perut (posisi tengkurap) atau / nya sisinya (posisi dekubitus lateral). Kulit dibersihkan, dan anestesi lokal seperti lidokain atau prokain disuntikkan untuk mematirasakan area. Pasien juga dapat pra-perawatan dengan analgesik dan / atau obat anti-kecemasan, meskipun hal ini bukan hal rutin.
Biasanya, aspirasi yang dilakukan pertama. Sebuah jarum aspirasi dimasukkan melalui kulit menggunakan tekanan manual dan berlaku sampai berbatasan tulang. Kemudian, dengan gerakan memutar tangan klinisi dan pergelangan tangan, jarum maju melalui korteks tulang (lapisan luar yang keras dari tulang) dan ke rongga sumsum. Setelah jarum dalam rongga sumsum, jarum suntik terpasang dan digunakan untuk aspirasi ("menghisap") sumsum tulang cair. Sebuah gerakan memutar dilakukan selama aspirasi untuk menghindari konten kelebihan darah dalam sampel, yang mungkin terjadi jika sampel yang terlalu besar dari satu titik tunggal diambil.
Selanjutnya, dilakukan biopsi jika terindikasikan. Yang berbeda, jarum trephine besar dimasukkan dan berlabuh di korteks tulang. Jarum kemudian maju dengan gerakan memutar dan diputar untuk mendapatkan sepotong padat sumsum tulang. Bagian ini kemudian dipindahkan bersama dengan jarum. Seluruh prosedur, setelah persiapan selesai, biasanya memakan waktu 10-15 menit.
Jika beberapa sampel telah diambil, jarum dicabut antara sampel untuk menghindari pembekuan darah
Setelah prosedur selesai, pasien biasanya diminta untuk berbaring selama 5-10 menit untuk memberikan tekanan di atas tempat prosedur. Setelah itu, dengan asumsi tidak ada perdarahan , pasien bisa bangun dan pergi dengan kegiatan normal mereka. Parasetamol (asetaminofen) atau analgesik sederhana lainnya dapat digunakan untuk meredakan nyeri, yang umum selama 2-3 hari setelah prosedur. Setiap rasa sakit yang memburuk, kemerahan, demam, pendarahan atau pembengkakan mungkin menujukan komplikasi. Pasien juga disarankan untuk menghindari mencuci daerah prosedur minimal 24 jam setelah prosedur selesai.

        VI.          Hasil Pemeriksaan Leukemia
Menggunakan pemeriksaan apusan darah tepi.
            
                      Leukemia                                                       Normal

     VII.          Gambar – gambar untuk Leukemia
v   Bone marrow core biopsy microscopy (trephine) H&E panorama.



Ø  A needle used for bone marrow aspiration, with removable stylet

v  Bone marrow biopsy (Bone marrow aspirate)

   VIII.          Daftar Pustaka



















INFEKSI NEFRITIS

       I.            Pengertian Nefritis

Nefritis adalah penyakit pada ginjal karena kerusakan pada glomerulus yang disebabkan oleh infeksi kuman. Penyakit ini dapat menyebabkan uremia (urea dan asam urin masuk kembali ke darah) sehingga kemampuan penyerapan air terganggu. Akibatnya terjadi penimbunan air pada kaki atau sering disebut oedema (kaki penderita membengkak). Gejala ini lebih sering nampak terjadi pada masa kanak-kanak dan dewasa dibandingkan pada orang-orang setengah baya.

           II.          Gejala Nefritis
Gejala nefritis akut dapat terjadi secara tiba-tiba atau secara menahun pada nefritis kronis tanpa disadari. Terkadang penyakit ini tidak menunjukkan gejala apapun, tapi bagi sebagian orang penyakit ini muncul dengan gejala:
A.    Mual-mual
B.     Anemia atau kurang darah
C.     Hipertensi
D.    Kelopak mata sembab
E.     Urin yang keluar sedikit
F.      Urin berwarna merah
G.    Biasanya disertai hipertensi

        III.          Diagnosis Nefritis
Untuk memastikan ada tidaknya  penyakit ini biasanya dilakukan analisa air kemih atau urinalisis. Dalam urin penderita akan mengandung sedikit protein, nanah, sel-sel tubulus renalis, dan terkadang ditemukan sel darah merah. Dalam urin jarang ditemukan eosinofil (sejenis sel darah putih), namun jika terdapat eosinofil maka kemungkinan besar disebabkan oleh reaksi alergi. Untuk memperkuat diagnosis akan dilakukan biopsi ginjal.

        IV.          Tahap Pemeriksaan pada Nefritis
A.      Sebelum biopsi
Seperti prosedur medis yang paling invasif, biopsi ginjal bukan tanpa resiko (lihat Komplikasi). Ahli ginjal harus meyakinkan diri mereka sendiri bahwa biopsi ginjal adalah manfaat yang tepat untuk membenarkan risiko prosedur sebelum melanjutkan. Ini akan mencakup pertimbangan cermat karakteristik pasien dan informasi klinis lainnya yang diperoleh dari anamnesis, pemeriksaan dan investigasi kurang invasif lainnya.
Tes darah dapat dilakukan sebelum biopsi untuk memastikan bahwa tidak ada bukti infeksi atau kelainan pembekuan darah. Selanjutnya, dilakukan  USG atau lain dari ginjal dapat dilakukan sebelum biopsi untuk menyingkirkan masalah struktural dari ginjal, yang secara teoritis dapat meningkatkan risiko dari prosedur. Ini termasuk hidronefrosis, fistula yang sudah ada arteriovena di ginjal, penyakit ginjal kistik dan kecil, menyusut ginjal.
Untuk mengurangi risiko perdarahan, pasien biasanya disarankan untuk menghindari obat-obatan yang mengganggu pembekuan selama satu sampai dua minggu sebelum biopsi. Obat-obat ini termasuk aspirin, clopidogrel, heparin dan warfarin. Desmopressin dapat diberikan secara intravena dengan harapan membalikkan gangguan pembekuan darah yang menyertai gagal ginjal (coagulopathy uremik). Kontrol ketat tekanan darah juga berusaha untuk mengurangi risiko perdarahan.
Sebelum prosedur, persetujuan tertulis biasanya diambil. Kesepakatan juga akan dilakukan untuk memastikan bahwa perawatan pasca-biopsi dan pengawasan di tempat sesuai. Puasa biasanya tidak diperlukan, namun hal ini akan tergantung pada preferensi pusat.
B.       Selama biopsi
               Biopsi ginjal biasanya dilakukan oleh ahli ginjal atau ahli radiologi intervensi. Biopsi dilakukan dengan bantuan USG atau CT scan untuk memvisualisasikan lokasi dan kedalaman ginjal segera sebelum biopsi.
               Dalam kasus biopsi ginjal asli, prosedur akan dilakukan dengan pasien berbaring dengan posisi perut di sisi mereka (posisi dekubitus lateral). Untuk transplantasi biopsi ginjal, pasien berbaring di punggung mereka (terlentang). Prosedur biopsi biasanya memakan waktu sekitar 15 menit.
               Tempat biopsi disiapkan larutan antiseptik dan tirai steril diterapkan. Jika sudah pada waktu yang tepat , penutup steril akan ditempatkan pada peralatan. Orang yang melakukan prosedur (proseduralis) akan mencuci tangan dan mengenakan baju operasi dan sarung tangan steril. Masker   dapat/tidak  dipakai.
               Biopsi biasanya dilakukan saat pasien terjaga atau dengan obat penenang ringan. Penggunaan anestesi umum biasanya tidak diperlukan.
               Setelah lokasi biopsi disiapkan, proseduralis menyuntikkan anestesi lokal ke dalam kulit, melalui jaringan subkutan dan turun ke dan di sekitar ginjal. Mungkin ada sengatan tajam sebagai anestesi lokal disuntikkan. Setelah beberapa detik, lokasi akan mati rasa dan hanya sensasi tekanan harus dirasakan. 1-2mm kecil insisi dibuat untuk memungkinkan penyisipan jarum biopsi. Dalam kebanyakan kasus, pencitraan real-time akan digunakan untuk memandu posisi anestesi lokal dan biopsi jarum. Dalam kasus buta biopsi, hal ini tidak akan digunakan. Sebuah klik keras dapat didengar sebagai pegas biopsi jarum yang ditembakkan ke ginjal untuk mendapatkan sampel jaringan. Yang dihasilkan inti jaringan ginjal biasanya kurang dari 1mm dengan diameter dan panjang sampai 1 cm. Hal ini dapat dilakukan lebih dari sekali untuk mendapatkan jaringan ginjal yang cukup.
               Seorang ahli patologi atau ilmuwan patologi diperlukan pada proses biopsi untuk memeriksa inti  jaringan ginjal pada kecukupan  mikroskop daya rendah. Mereka akan memberitahukan orang yang melakukan prosedur tentang berapa banyak jaringan ginjal diperoleh, khususnya bagaimana sampel biopsi ginjal korteks dan berapa ginjal medulla. Di beberapa pusat, peran ini akan dilakukan oleh proseduralis dengan mata telanjang.
               Ketika jaringan ginjal yang cukup telah diperoleh, tekanan akan diterapkan ke situs biopsi. Setelah jangka waktu tertentu, maka akan dibersihkan dan ditutup. Jahitan biasanya tidak diperlukan.
C.      Setelah biopsi
               Perawatan pasca-biopsi akan berbeda dari pusat ke pusat. Kebanyakan rumah sakit akan mengamati pasien yang memiliki biopsi ginjal selama 4-6 jam. Pusat-pusat lainnya akan meminta ijin pasien yang memiliki biopsi ginjal untuk observasi semalam.
               Setelah biopsi, pasien diminta untuk berbaring telentang selama 4-6 jam untuk meminimalkan risiko perdarahan. Tekanan darah dan urin sering dipantau untuk memastikan pasien tidak menderita komplikasi perdarahan. Nyeri ringan-sedang dikelola dengan analgesik sederhana seperti parasetamol atau asetaminofen. Nyeri berat biasanya merupakan indikasi komplikasi perdarahan, dan mungkin akan meminta tinggal di rumah sakit lebih lama dan tes lebih lanjut.
               Kebanyakan rumah sakit akan melepaskan pasien biopsi pasca-ginjal dengan instruksi tertulis tentang apa yang harus dilakukan jika terjadi komplikasi.

           V.          Hasil Pemeriksaan
Contoh jaringan pada tikus

        VI.          Gambar untuk Nefritis
Focal segmental glomerulosclerosis - intermed mag (biopsi jaringan ginjal).

     VII.          Daftar Pustaka
Wikipedia. 2013.http://en.wikipedia.org/wiki/Renal_biopsy. 23 Juni 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar