BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Bakteri merupakan salah satu
jenis mikroorganisme yang banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dilihat
dari sifatnya, bakteri dibagi menjadi dua yakni ada bakteri yang bersifat
menguntungkan, ada juga bakteri yang bersifat merugikan. Bakteri yang bersifat
merugikan pada umumnya cenderung menjadi salah satu faktor penyebab penyakit.
Salah satu bakteri penyebab penyakit yang paling populer adalah bakteri Staphylococcus epidermidis. Bakteri
penyebab penyakit pada umumnya merupakan hasil interaksi dari beragam
jaringan-jaringan tubuh. Namun bakteri jenis Staphylococcus tidak hanya menginfeksi jaringan tubuh
secara langsung, melainkan menjadi penyebab timbulnya penyakit secara tidak
langsung dengan menghasilkan racun-racun yang bertanggung jawab untuk keracunan
makanan dan toxic shock syndrome.
Staphylococcus
epidermidis merupakan
bakteri yang bersifat
oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah)
dan menyebabkan infeksi. Sebenarnya
Staphylococcus epidermidis adalah
flora normal yang terdapat pada manusia. Pada tubuh yang sehat, bakteri ini
tidak membahayakan dan tidak menyebabkan penyakit. Bakteri ini hanya berbahaya
jika telah menginfeksi, sehingga pertumbuhannya menjadi tidak terkendali.
Seseorang dengan kekebalan tubuh yang lemah, antara lain bayi yang baru lahir,
penderita AIDS, pengguna narkoba, pasien kritis, dan pasien rumah sakit yang
telah menjalani masa perawatan yang lama, Staphylococcus epidermidis dapat
menimbulkan gangguan kesehatan. Oleh karena itu, mari mengenal
kehidupan Staphylococcus epidermidis lebih lanjut melalui pembuatan makalah yang berjudul Staphylococcus epidermidis.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana morfologi,
karakteristik dan struktur antigen dari bakteri Staphylococcus epidermidis?
2.
Apa patologi ditimbulkan bakteri Staphylococcus epidermidis.
3.
Bagaimana tes
pemeriksaan terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis?
4.
Bagaimana
epidemiologi dari bakteri Staphylococcus epidermidis?
5.
Bagaimana pengobatan terhadap bakteri Staphylococcus
epidermidis?
6.
Bagaimana pencegahan terhadap bakteri Staphylococcus epidermidis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui morfologi, karakteristik dan struktur
antigen dari bakteri Staphylococcus epidermidis.
2. Untuk mengetahui patologi
yang ditimbulkan bakteri Staphylococcus epidermidis.
3. Untuk mengetahui tes pemeriksaan terhadap bakteri Staphylococcus
epidermidis.
4. Untuk mengetahui epidemiologi dari bakteri Staphylococcus
epidermidis?
5. Untuk mengetahui pengobatan
terhadap bakteri Staphylococcus
epidermidis.
6. Untuk mengetahui pencegahan
terhadap bakteri Staphylococcus
epidermidis.
D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat
memberikan manfaat pada penulis khususnya, maupun para pembaca. Manfaat
tersebut baik dari segi pengetahuan dan pemahaman mendalam mengenai bakteri Staphylococcus epidermidis.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Morfologi
dan Identifikasi
1. Pengertian
Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri yang bersifat oportunistik (menyerang individu
dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah). Bakteri ini
adalah salah satu patogen utama infeksi nosokomial, khususnya yang berkaitan
dengan infeksi benda asing. Orang yang paling rentan terhadap infeksi ini
adalah pengguna narkoba suntikan, bayi baru lahir, lansia, dan mereka yang
menggunakan kateter atau peralatan buatan lainnya. Organisme ini menghasilkan
glycocalyx "lendir" yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke
plastik dan sel-sel, dan juga menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan
beberapa jenis antibiotik. Staphylococcus
epidermidis memberikan kontribusi sekitar 65-90% dari semua staphylococcus
yang ditemukan dari flora aerobik manusia . Orang yang sehat dapat memiiliki
hingga 24 strain (jenis) dari spesies, beberapa di antaranya dapat bertahan di
permukaan yang kering untuk waktu yang lama. Hospes bagi organisme ini adalah
manusia dan hewan berdarah panas lainnya (Nilsson, 1998).
2. Klasifikasi
Sistematika bakteri Sthapylococcus
epidermidis (Breed, dkk., 1957) :
Divis (Dvisio) : Eukariota
Kelas (Classis) : Schizomycetes
Bangsa (ordo) :
Eubacteriales
Suku (Familia) : Micrococcaceae
Marga (Genus) : Staphylococcus
Jenis (Spesies) : Staphylococcus epidermidis
3. Karakteristik (ciri-ciri) Staphylococcus
epidermidis
Staphylococcus epidermidis memiliki beberapa karakteristik, antara lain (Jawetz, dkk., 2001) :
1.
Bakteri
gram positif, koagulase negatif, katalase positif.
2.
Aerob
atau anaerob fakultatif.
3.
Berbentuk
bola atau kokus ,berkelompok tidak teratur.
4. berdiameter 0,5 – 1,5 µm.
5.
Tidak
membentuk spora dan tidak bergerak, koloni berwarna putih
6.
Bakteri
ini tumbuh cepat pada suhu 37oC.
7.
Staphylococcus epidermidis merupak flora normal pada manusia.
8.
Staphylococcus epidermidis terdapat pada kulit, selaput lendir,
bisul dan luka. Dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya berkembang biak
dan menyebar luas dalam jaringan.
B. Struktur
Antigen
Stafilokokus mengandung antigen
polisakarida dan protein seperti zat lain yang penting dalam struktur dinding
sel. Peptidoglikan, suatu polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit
yang bergabung memberikan eksoskeleton yang kaku dari dinding sel.
Peptidoglikan dirusak oleh asam kuat atau paparan terhadap lisozim. Ini penting
dalam patogenesis infeksi : Infeksi akan merangsang pembentukan interleukin-1
(pirogen endogen) dan antibodi opsonin oleh monosit, dan ini dapat menjadi
penarik kimiawi bagi leukosit polimorfonuklear, mempunyai aktivitas seperti
endotoksin dan mengaktivasi komplemen.
Asam teikoat, yang merupakan
polimer gliserol atau ribitol fosfat, diikat ke peptidoglikan dan dapat menjadi
antigenik. Antibodi asam anti teikoat yang dapat dideteksi mealui difusi gel
dapat ditemukan pada pasien dengan endokarditis aktif yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus.
Protein A merupakan komponen
dinding sel. Protein A telah menjadi reagen yang penting dalam imunologi dan
teknologi laboratorium diagnostik, contohnya protein A yang dilekati dengan
molekul IgG terhadap antigen bakteri spesifik akan mengaglutinasi bakteri yang
mempunyai antigen tersebut (ko-aglutinasi).
C. Patologi
Infeksi Staphylococcus
epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup jantung buatan,
shunts, dan lain-lain) , tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan, kateter,
dan luka besar. Infeksi kateter bersama dengan kateter-induced UTI
menyebabkan peradangan serius dan sekresi nanah. Dalam hal ini, buang air kecil
sangat menyakitkan.
Septicaemia dan endokarditis
termasuk penyakit yang berhubungan dengan Staphylococcus epidermidis. Gejala
yang timbul adalah demam, sakit kepala, dan kelelahan untuk anoreksia dan
dyspnea. Septicemia terjadi akibat infeksi neonatal, terutama ketika bayi lahir
dengan berat badan sangat rendah. Sedangkan, endokarditis adalah infeksi katup
jantung dan bagian lapisan dalam dari otot jantung. Staphylococcus epidermidis
dapat mencemari peralatan perawatan pasien dan permukaan lingkungan.
D. Pemeriksaan
Laboratorium
Untuk pemeriksaan stafilokokus
secara laboratorium dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara.
Bahan pemeriksaannya dapat berupa:
1. Nanah
2. Darah
3. Cairan otak
4. Usapan luka
Cara pemeriksaan :
1. Hari Pertama
Mengisolasi bakteri Staphylococcus
epidermidis pada media Blood Agar Plate (BAP), kemudian diinkubasi selama
24 jam, suhu 37◦C.
2. Hari Kedua
a. Mengamati ciri khas morfologi koloni yang
tumbuh pada BAP kemudian menanam koloni pada media BA (Blood Agar) dan BB
(Blood Broth).
b. Inkubasi bakteri selama 24 jam pada suhu 37◦C.
3. Hari Ketiga
a. Mengamati hasil uji biokimia bakteri pada
BA dan BB.
b. Melakukan pengecatan gram dari media BA
dan BB :
1) Siapkan objek glas, kemudian tambahkan NaCl
fisiologis dan bakteri dari media BA.
2) Lakukan langkah pertama dengan mengganti
bakteri dari media BB.
3) Periksa dengan menggunakan mikroskop
perbesaran 100x, catat hasilnya.
c. Melakukan uji katalase dengan menggunakan
H2O2 :
1) Siapkan objek glas, tambahkan NaCl
fisiologi dan bakteri dari media BA.
2) Tambahkan H2O2 , homogenkan,
catat hasil.
d. Melakukan uji D-Nase
1) Menyiapkan media D-Nase.
2) Mengoreskan bakteri kedalam media D-Nase
kira – kira 1cm, inkubasi selama 24 jam pada suhu 37◦C.
4. Hari keempat
a. Mengidentifikasi hasil uji D-Nase dengan
cara digenangi HCl 10%.
b. Melakukan tes koagulase terhadap bakteri
pada media BA.
1) Siapkan objek glas, kemudian tambahkan plasma
sitrat, NaCl dan bakteri.
2) Homogenkan dan catat hasilnya.
Hasil
pemeriksaan sampel dinyatakan positif Staphylococcus
epidermidis apabila hasil tersebut sesuai dengan sifat-sifat kultur dan
biokimia bakteri Staphylococcus
epidermidis.
E. Pengobatan terhadap
Stahylococcus epidermidis
Infeksi
Staphylococcus epidermidis sulit
disembuhkan sebab kuman tumbuh pada alat protese dimana bakteri dapat
menghindar dari sirkulasi sehingga terhindar dari obat antimikroba. Staphylococcus epidermidis lebih sering
resisten terhadap antimikroba daripada Staphylococcus
aureus, hampir 75% strain Staphylococcus
epidermidis resisten terhadap nafsilin. (Jawetz, dkk., 2001)
Karena
banyak galur yang resisten obat, maka tiap isolat stafilococcus harus diuji
kepekaan antimikrobanya untuk membantu memilih obat sistemik. Resistensi
terhadap grup eritromisin terjadi sangat cepat sehingga jangan digunakan secara
tunggal untuk mengobati infeksi kronik. Resistensi obat (terhadap penicilin,
tetrasiklin, aminoglikosida, dan eritromisin) ditentukan oleh plasmid yang
ditransmisikan oleh stafilokokki dengan transdksi dan juga dengan konjungasi.
(Jawetz, dkk., 2001)
Staphylococcus epidermidis merupakan bagian dari flora normal manusia, telah
mengembangkan resistensi terhadap antibiotik yang umum seperti methicillin,
novobiocin, klindamisin, dan penisilin benzil. Untuk mengobati infeksi
digunakan vankomisin, hasil atau rifampin.
F. Epidemiologi
Stafilokokus terutama merupakan
parasit manusia yang ada dimana-mana. Sumber infeksi utama adalah tumpukan
bakteri pada lesi manusia, benda – benda yang terkontaminasi lesi tersebut.,
dan saluran respirasi manusia serta kulit. Penyebaran infeks melalui kontak
telah dianggap sebagai faktor yang penting di rumah sakit, dimana populasi luas
dari staf dan pasien membawa stafilokokus yang resisten antibiotika pada hidung
atau kulit mereka. Meskipun kebersian, higienis, dan penatalaksanaan lesi
secara aseptik dapat mengendalikan penyebaran Stafilokokus dari lesi tersebut
beberapa metode tersedia untuk mencegah penyebarluasan stafilokokus dari
pembawa. Di rumah sakit yang merupakan
daerah dengan risiko infeksi stafilokokus paling tinggi adalah ruang perawatan
bayi, unit perawatan intensif, ruang operasi, dan bangsal kemoterapi kanker
(Geo, 2005).
G. Pencegahan terhadap
Staphylococcus epidermdis
Mengingat ancaman yang
diberikan oleh bakteri Staphylococcus
epidermidis, kita sebisa mungkin jauh dari bakteri ini . Agar tidak
teinfeksi Staphylococcus epidermidis ,
ada beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan, antara lain :
1. Senantiasa menjaga daya tahan tubuh agar tidak
menurun.
2. Menjaga kebersihan diri.
3. Menjaga kebersihan berbagai peralatan yang dapat
menjadi media penularan infeksi Staphylococcus
epidermidis.
BAB III
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Staphylococcus
epidermidis merupakan gram-positif,
koagulase-negatif, berdiameter 0,5 sampai 1,5 mikrometer, anaerob fakultatif,
tumbuh terbaik dalam kondisi aerobik, dan cocci yang merupakan flora normal dan
Staphylococcus epidermidis merupakan
bakteri yang bersifat
oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang
lemah).
2. Stafilokokus mengandung antigen polisakarida dan
protein seperti zat lain yang penting dalam struktur dinding sel, seperti asam
teikoat dan protein A.
3. Infeksi Staphylococcus
epidermidis berhubungan dengan perangkat intravaskular (katup jantung
buatan, shunts, dan lain-lain) , tetapi biasanya terjadi pada sendi buatan,
kateter, dan luka besar. Staphylococcus
epidermidis menyebabkan septicaemia dan endokarditis.
4. Pemeriksaan Staphylococcus
epidermidis dapat menggunakan sampel berupa nanah,
darah, cairan otak, dan usapan luka. Sampel dapat di diagnosis dengan cara
sebagai berikut :
a. Menanam sampel pada media blood agar plate (BAP),
inkubasi 24 jam pada suhu 37◦ C.
b. Lakukan pengecatan gram sampel pada media
BAP.
c. Tanam pada Blood Agar (BA) dan Blood Broth
(BB), inkubasi 24 jam pada suhu 37◦C.
d. Lakukan pengecatan gram, kemudian lakukan
uji katalase.
e. Melakukan tes D-Nase.
f. Cocokan dengan sifat – sifat kultur dan
biokimia pada bakteri Staphylococcus
epidermidis.
5. Rumah sakit merupakan penyebaran dari bakteri Staphylococcus epidermidis yang paling
tinggi.
6. Pengobatan Staphylococcus
epidermidis menggunakan antimikroba seperti penicilin, tetrasiklin,
aminoglikosida, dan eritromisin, namun dalam proses pengobatannya jangan
menggunakan antimikroba secara tunggal untuk infeksi kronik karena Staphylococcus epidermidis mudah
resisten terhadap antimikroba. Untuk mengobati infeksi digunakan vankomisin,
hasil atau rifampin.
4. Untuk pencegahan terhadap Staphylococcus epidermidis dapat dilakukan cara seperti, senantiasa
menjaga daya tahan tubuh agar tidak menurun, menjaga kebersihan diri, dan
menjaga kebersihan berbagai peralatan yang dapat menjadi media penularan
infeksi Staphylococcus epidermidis.
B. Saran
Staphylococcus epidermidis merupakan flora normal yang ada pada tubuh manusia
dan bersifat oportunistik (menyerang
individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah) maka jagalah kebersihan diri
dan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat.
DAFTAR
PUSTAKA
Analis
Kesehatan Indonesia.2011.Identifikasi Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif.http://analiskesehatanindonesia.blogspot.com/2011/08/identifikasi-bakteri-gram-positif-dan.html.Diakses
pada 7 Juni 2014
Anneahira.2014.Mengenal Bakteri Staphylococcus
epidermidis dan Staphylococcus aureus.http://www.anneahira.com/bakteri-staphylococcus-epidermidis.html. Diakses pada 7 Juni 2014
Breed,
R.S., Murray, E.G.D. ,Smith N.R. 1957. Bergey’s
Manual of Determinative Bacteriology. Seventh Edition.U.S.A : The williams and Wil kins Company.
Brooks, G.F., Janet, S.B., Stephen, A.M.2005. Mikrobiologi Kedokteran.Alih Bahasa :
Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.Jakarta : Salemba
Medika.
Dewi, D.N.2011.
Staphylococcus epidermidis. http://nadidewi.blogspot.com/2011/01/staphylococcus-epidermidis.html. Diakses pada
7 Juni 2014
Nilsson, Lars, Flock, Pei, Lindberg, Guss.1998. A
Fibrinogen-Binding Protein of Staphylococcus epidermidis.Infection and Immunity. Amerika : American
Society for Microbiology (ASM).
Villari, Sarnataro, Lacuzio.2000. Molecular
Epidemiology of Staphylococcus epidermidis in a Neonatal Intensive Care Unit
over a Three-Year Period. Journal of
Clinical Microbiology. Amerika : Department of Health and Preventive Sciences, University
“Federico II”.